Senin, 24 Desember 2007

Kembali ke Dapur Cinta


Dear Allz...

Sejujurnya...sebetulnya saya sangat tidak suka memasak, terlebih kalau urusan memasak yang membutuhkan proses pengolahan yang lama. Ditambah lagi dengan suasana dapur yang saya kenal sejak kecil, selalu pengap, gelap, penuh asap dan beraroma segala macam yang membuat kepala saya selalu pusing tujuh keliling.

Ibu saya sudah bosan mengajari saya memasak, atau paling tidak membujuki saya untuk turun ke dapur. Tapi baru beberapa menit di situ, saya sudah lari lagi ke luar. Bahkan disuruh mematikan api kompor saja rasanya males banget. Masuk ke dapur sama seperti masuk ke gua kelelawar yang penuh dengan misteri.

Masakan saya yang pertama...dan betul-betul masakan adalah sayur lodeh, yang resepnya saya dapat dari sekolah. Ini praktek masak saya yang pertama ketika saya kelas IV SD di sebuah sekolah khusus wanita. Rasanya persis di buku. Saya tidak suka sama sekali, karena memang saya tidak suka sayur lodeh. Kemudian teman-teman sepermainan sering mengajak saya main masak-masakan yang sebenarnya. Kami memasak gulai kacang panjang, yang menurut saya memang enak sekali. Itu saja. Dan sekali saya pernah mencoba memasak nasi goreng...Selesai.

Setelah itu saya tidak pernah lagi berurusan dengan dapur. Masa remaja saya lebih banyak di jalan daripada di depan kompor. Kalau pun ada acara kumpul-kumpul dengan teman dan masak bersama, saya lebih memilih pergi belanja dan adu tawar dengan pedagang. Walaupun saya sudah disindir, bahkan setengah diancam agar mau masak supaya kelak disayang suami , dengan cuek saya bilang...Nanti mau cari suami yang bisa masak saja...kalau perlu cari suami koki restoran saja...he he he...Akhirnya semua menyerah ! Saya tidak pernah lagi dibujuk untuk terjun ke dapur. Urusan saya adalah belanja ke pasar...dan untuk yang ini saya memang suka sekaleeee....(bisa ngobrol sama tukang jualannya, bisa dapat diskon juga...)..

Begitulah...setiap kali karena keterpaksaan saya turun ke dapur, akibatnya bisa dua hari saya nggak doyan makan. Rasanya seluruh kepala penuh berisi asap. Saya mau masak kalau di alam bebas, melihat langit terbuka. Atau kalau di dapur tertutup haruslah dapur yang besar dan luas dan bebas asap. Agak belagu memang...tapi daripada saya semaput ? Hikss...

Tetapi kemudian, karena tuntutan 'jabatan' sebagai anak kos...kadang-kadang mau tidak mau saya juga terpaksa turun ke dapur. Memasak seadanya agar perut tidak kelaparan. Itupun kadang masih dibantu oleh teman-teman lain...Jujur saja, yang mengajari saya menggoreng tempe yang benar adalah adik saya yang laki-laki. Yang mengajari saya membuat tempe dan tahu bacem adalah ayah saya. Yang mengajari saya membuat sayur asem dan nasi goreng adalah teman-teman saya yang laki-laki. Yang mengajari saya membuat sambal yang enak adalah 'mantan' pacar saya...he he he...

Ketika tiba saatnya saya harus berkeluarga, syarat pertama yang saya ajukan adalah "saya nggak mau disuruh masak !". Calon suami waktu itu pasrah saja. Dan untunglah...karena dia tidak memaksa saya untuk memasak, akhirnya saya pun jadi santai...dan bisa masuk ke dapur walaupun tiap lima menit sudah lari ke luar lagi. Dapur di rumah pun dicat warna terang. Kompor disediakan yang gampang operasionalnya. Semua peralatan dapur dipersiapkan agar saya menjadi mudah untuk bekerja...( hehehe...)....tapi itu pun tidak membuat saya bisa 'jatuh cinta' pada urusan dapur dan masak memasak.

Lalu tiba saatnya, saya memiliki seorang anak. Si Ratu Singa ini bukan main tabiatnya. Sejak dia bisa makan makanan padat , dia tidak pernah mau makan makanan yang sama dalam sehari. Dia tidak pernah percaya kalau masakan yang dihidangkan itu adalah makanan baru, kalau dia tidak melihat proses pembuatannya. Akhirnya, saya terpaksa membawa dia ke dapur. Dan dia menonton saya memasak.

Lama-lama, karena tuntutan harian anak semata wayang saya, saya pun mulai menikmati seninya berkutat di dapur. Apalagi kalau saya selesai masak, menatanya di meja makan, dan dia mencicipinya sambil bilang ,"Terima kasih ya, Bu...masakan ibu enak sekali"....waaaah...rasanya dunia ini jadi indah luar biasa. Sayapun semakin bersemangat untuk menciptakan resep-resep baru, yang sesuai dengan seleranya.

Selama bertahun-tahun, walaupun kami memiliki pembantu, saya selalu menyempatkan memasak satu jenis masakan paling tidak sehari sekali. Dan khusus hari Sabtu atau Minggu, saya akan memasak kweetiaw istimewa atau pastel kentang panggang untuk dia. Inilah hidangan khusus yang dimasak dengan penuh ritual. Selain itu juga ada semur ayam atau daging plus jamur, ikan yang ditim dengan daun singkong, makaroni schotel plus jamur, nasi schotel, mie schotel, ayam panggang yoghurt, ayam coca cola, semur cumi-cumi, sup ikan kakap, sup iga panggang dan masih banyak lagi. Semua ini menjadi makanan favorit anak saya yang memang sangat doyan makan jamur segala jenis...

Begitulah...hidup saya diisi dengan kegiatan harian menyusun menu, belanja, masak untuk anak ( dan suami sekali-sekali...hik hik..maaf yaaa)...sampai suatu ketika dia lulus SMA, kuliah di lain tempat sehingga terpaksa meninggalkan rumah untuk waktu yang tidak tentu. Urusan saya dengan dapur pun berhenti seketika !

Beberapa lama begitu...saya jadi ogah-ogahan masuk ke dapur. Jangankan mau memasak, wong masuk ke dapur saja rasanya enggan. Kalau ada pembantu, ya minta tolong dia yang masak. Kalau nggak ada pembantu, ya saya hidup mati makan telor dadar atau tempe goreng saja.

Tiba-tiba...beberapa waktu belakangan ini, ada inspirasi dari seorang sahabat saya...untuk kembali ke dapur. Hiyaaaah...ini dia yang namanya pencerahan !

Saya pun diliputi kesadaran...untuk back to My lovely kitchen.
Tak hanya itu...saya pun berniat untuk menulis semua resep yang pernah saya praktekkan untuk anak saya.

Dan sekarang di sinilah saya...
Membuka blog Dapur Cinta...agar dapat berbagi resep dan berbagi kasih dengan semua teman dan sahabat saya...

Salam hangat,


Ietje

Special note : Thanks buat Nef yang menginspirasi saya untuk membuka blog Resep Masakan ini. Semoga bermanfaat buat semua...

Tidak ada komentar: