Senin, 20 Juli 2009

CARA PENYAJIAN

FB-Note 2009 (A-5
CARA PENYAJIAN...

Suka minum kopi ? Tidak ? Oh...sayang banget. Atau ini...suka makan pisang goreng ? Hmm...mestinya suka yaaa...

Minum secangkir kopi dan menyantap sepotong pisang goreng, di sore hari...sungguh nikmat. Apalagi sehabis hujan...nongkrong di depan rumah...melihat rintik-rintik air hujan yang menetes dari helai-helai daun.

Duluuuuu....minum kopi hanya bisa dinikmati di teras rumah, atau di kedai kopi. Dan...biasanya yang boleh menikmati kopi sambil leyeh-leyeh itu adalah kaum bapak. Hiikss...

Tapi sekarang...jaman berubah...musim berganti.

Kita tak perlu lagi menunggu hujan sore-sore untuk menikmati secangkir kopi dan sepotong pisang goreng. Hampir di sepanjang waktu, pagi hingga malam hari, ada gerai kopi yang menyediakan secangkir kopi...atau segelas besar kopi...lengkap dengan pisang goreng bertabur keju atau penganan kecil lainnya. Dan...satu lagi...menikmati secangkir kopi sekarang bukan lagi monopoli kaum bapak...Horeeee....

Apa yang beda, antara secangkir kopi di kedai pojok jalan dekat rumah, dengan secangkir kopi di kafe atau gerai kopi bermerek di sebuah pusat perbelanjaan mewah ?

Harganya ! 

Yes...itu satu. Yang lain adalah....cara penyajiannya. Suasananya...dan senyum yang mengiringi gelas-gelas dan cangkir kopi yang disuguhkan di hadapan kita.

Kopi di kedai dekat rumah adalah kopi yang ditanam di lahan yang barangkali sama dengan kopi yang ada di gerai atau kafe. Pisang goreng, yang disajikan di warung dekat rumah, barangkali satu pohon satu saudara dengan pisang yang disajikan di kafe di pusat kota.
Bedanya di mana ?

Hmm...itulah dia. Pada CARA PENYAJIAN.

Gara-gara...(kok gara-gara ? hehe...)...ehmm...cara penyajian yang berbeda, maka harga kopi dan rasanya pun ikutan berbeda. Kopi di kedai jadi terasa seperti sebuah rutinitas, sedangkan kopi di kafe jadi sebuah ritual sosialisasi.

Dalam hidup kita juga banyak terjadi perbedaan gara-gara...(saya kok jadi suka bilang ‘gara-gara’...hehe)...CARA PENYAJIAN.

Seorang guru, menjadi guru yang berbeda karena dia memiliki cara penyajian yang berbeda dengan guru lainnya. Padahal materi yang dibawakan toh sama saja. Dari buku yang sama. Dan di ujungnya, membuat murid lebih mudah menyerap bahan yang diberikan oleh guru tersebut.
Seorang trainer...(soalnya saya banyak berkecimpung dengan dunia training...hehehe...)... menjadi trainer yang berbeda dari trainer lainnya karena dia punya cara yang unik dan menarik. Cara dia ‘membeli hati’ peserta training, cara dia menyajikan bahan-bahan...semua merupakan cara yang khas dan hanya milik dia.

Seorang pedagang...memiliki banyak langganan, bukan hanya karena produk yang dijualnya berkualitas, tapi cara penyajian...cara melayani...yang khas dan tulus dari hati.

Itulah...kuncinya...

Seandainya saja kita mau belajar...bahwa dengan memberi CARA PENYAJIAN yang berbeda...yang berkualitas...yang tulus dari hati...kita akan memenangkan hati pembeli...


Bintaro, 26 Mei 2009
Salam pembelajar jalanan....

Ietje S. Guntur

Special note :
Thanks untuk guru-guruku sepanjang jalan...Kang Asep, Mas Hendry, Mas Zamronny, Kang Ikhwan Sopa, Mas Ronny, Mas Hariii, Pak Krishnamurti, Mas Harry Uncommon, mbak Liliana, mbak Lies, Dio Martin, Pak James Gwee , Ibu Purba (guru terkasih jaman SD), Ibu Ndut (guru tersayang jaman TK),...juga sahabatku Haaar...thanks sudah membentangkan ilmunya untuk diserap sepanjang waktu...